MONISME DIUMUMKAN SEBAGAI FILM TERBAIK DI PENUTUPAN JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2023

Created | By: Adi Wardoyo | 2023-12-03 00:00:00

- PENUTUPAN JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2023 -

JAFF18 dihadiri lebih dari 20.000 penonton dan menjadi edisi yang paling menggairahkan

di sepanjang sejarah pelaksanaannya

 

Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), festival terbesar dan konsisten dilaksanakan selama 18 tahun di Indonesia yang bertema “Luminescence”, ditutup hari ini. Di hadapan para undangan dan penonton hari terakhir, Monisme dari Indonesia didapuk sebagai film terbaik JAFF18 dan mendapatkan Golden Hanoman. Oasis of Now karya sutradara Chia Chee Sum dan Dreaming & Dying karya sutradara Nelson Yeo masing-masing meraih Silver Hanoman dan Special Jury Mention.

 

Monisme adalah film Indonesia satu-satunya yang berkompetisi di program Kompetisi Utama. Film eksperimental yang disutradarai oleh Riar Rizaldi berkisah tentang beberapa aktor profesional dan non-aktor profesional yang menggambarkan dinamika hubungan manusia dan alam di salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, Gunung Merapi. Film ini tayang perdana di Festival International de Cinéma de Marseille 2023 dan meraih Film Terbaik di Bucharest International Experimental Film Festival 2023.

 

Dibuka pada 25 November lalu, hingga hari terakhir ini tercatat 20.444 pengunjung JAFF18 turut merayakan tidak hanya perkembangan sinema Asia yang semakin bercahaya tapi juga merayakan kemanusiaan Asia. Pencapaian yang menggembirakan ini sekaligus menjadi penanda industri film Asia yang terus memperlihatkan geliatnya selama setahun terakhir ini. “Kedewasaan JAFF yang memasuki tahun ke-18 ikut terasa melalui antusiasme penonton dan semua pesertanya tahun ini. Semoga semangat yang ditunjukkan oleh semua yang hadir dan berpartisipasi ikut menjadi penggerak gairah perfilman kita di tahun ke depan,” ujar Ifa Isfansyah, Direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

 

Selama delapan hari jalannya festival, sebanyak lebih dari 3.000 peserta turut berpartisipasi dalam program-program non penayangan, baik itu public lecture, workshop, forum komunitas, maupun Film & Series Lab. Partisipasi yang besar menandai minat publik terhadap perkembangan seni budaya yang tidak hanya melibatkan praktisi  dan akademisi tapi juga bakat-bakat baru dan publik secara umum.

 

Program-program baru seperti Nocturnal, penayangan film-film di jam menjelang tengah malam atau midnight show, dan Special Events, seperti Rimpang Dilayarkan dan Dirayakan, penayangan lima video musik dari album terbaru Efek Rumah Kaca, mendapatkan sambutan yang luar biasa dari penonton JAFF tahun ini. Penyelenggaraan bioskop bisik yang dimulai pada tahun lalu, kembali dihadirkan pada JAFF tahun ini dengan menayangkan sebuah film besar tahun ini, yaitu Petualangan Sherina 2 (Miles Films, 2023).

 

“Setiap tahun kami ingin selalu menjaga inklusivitas festival dan tahun ini kami kembali menghadirkan Bioskop Bisik untuk teman-teman buta dan tuli,” tutur Intan Nadya Maulida, Manajer JAFF. “Special events seperti penayangan video musik dan penampilan Efek Rumah Kaca, serta Rapsodi: Fragments of Happiness adalah salah satu upaya kami untuk selalu beririsan dengan bentuk seni lain dan juga mendapatkan respon positif yang membuat kami semakin bersemangat. Semoga ke depannya dapat kami pertahankan dengan menghadirkan bentuk-bentuk baru yang semakin menyegarkan,” lanjut Ajish Dibyo, Direktur Eksekutif JAFF.

 

Pencapaian JAFF18 lainnya adalah mempertemukan para pemangku kepentingan industri film dalam sebuah Focused Group Discussion (FGD) untuk memperkuat rencana JAFF menyelenggarakan JAFF Market yang ditargetkan akan digelar pada JAFF berikutnya. “Tahun depan akan menjadi tahun penting di mana kami akan mulai menggelar JAFF Market yang akan menjadi wadah yang mempertemukan bakat baru, project baru, cerita baru dengan para profesional dan seluruh ekosistem perfilman dengan lebih strategis dan terukur. Semoga FGD ini memperkuat rencana tersebut agar menjadi kepentingan bersama,” tutur Budi Irawanto, Presiden JAFF.

 

Konferensi pers pengumuman pemenang JAFF18 dilakukan di ARTOTEL Suites Bianti, Yogyakarta yang dihadiri para Komite JAFF, Dewan Juri, dan rekan-rekan media. JAFF18 menunjukkan bahwa perhelatan festival tidak hanya menjadi sebuah perayaan dan apresiasi bagi para pelaku sinema tapi juga sebuah bentuk karya dan kerja yang memiliki kontribusi pada masyarakat dan lingkungan. Semoga sinema bisa terus bertumbuh bersama masyarakatnya.

 

Nantikan JAFF19 tahun depan. Informasi lebih lanjut terkait JAFF dan beragam cinderamata dapat diperoleh melalui website dan media sosial JAFF.       

 

 

KONTAK MEDIA

 

Tim Publisis

-

Emira P. Pattiradjawane

+62 858-8394-4639

kontak.thepublicist@gmail.com

 

Media Sosial JAFF 18

-

Situs                 :  https://jaff-filmfest.org/

Instagram         : @jaffjogja

Twitter             : @JAFFJogja

DAFTAR PEMENANG

JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 18

 

 

MAIN COMPETITION

ANGGOTA JURI

Kristy Matheson | Mandy Marahimin | Park Ki Yong

 

GOLDEN HANOMAN

MONISME – sutradara RIAR RIZALDI

Film ini adalah karya debut film panjang yang sangat menjanjikan. Semua juri sepakat memberikan apresiasi terhadap film ini, khususnya kami sangat mengagumi keberaniannya bereksperimen dan melakukan gerakan dinamis antar genre dan footage yang berbeda. Film ini menceritakan sebuah kisah yang kompleks yang hanya dapat dituturkan melalui medium sinema dan dapat menyuarakan gagasan sinematik yang sangat menarik dalam sinema kontemporer.

 

SILVER HANOMAN

OASIS OF NOW – sutradara CHIA CHEE SUM

Para juri merasa tersentuh dan tergerak oleh film yang menampilkan kepercayaan diri yang terkendali dalam penyutradaraannya. Sinematografinya yang indah mampu menangkap spektrum emosi yang sangat luas tanpa harus memberikan penjelasan. Film ini dengan sangat terampil memanfaatkan long take - mengambil long shot mungkin mudah, tapi tidak mudah untuk memanfaatkannya dengan efektif.

 

SPECIAL JURY MENTION

DREAMING & DYING – sutradara NELSON YEO

Ceria dan imajinatif, film ini mempersembahkan kesederhanaan yang menipu dalam memperlihatkan kehidupan pribadi para protagonisnya. Para juri mengagumi pencapaian teknis film ini dan penyutradaraannya yang sempurna.

 

 

 

NETPAC AWARD

ANGGOTA JURI

June Kim | Martika Ramirez Escobar | Ugoran Prasad

 

PEMENANG

WHICH COLOUR? – sutradara SHAHRUKHKHAN CHAVADA

Film ini membangkitkan kembali rasa cinta kami terhadap kekuatan bercerita (storytelling): kesederhanaannya yang sangat dalam, dramanya sangat memengaruhi, dan ketidaksempurnaannya adalah kekuatannya. Di latar belakangnya, film ini mengingatkan kita bahwa dunia sedang berubah pada 2002 tanpa kita sadari, dan sebagian dimulai di Ahmedabad. Di depan, cerita film ini berpusat pada sebuah keluarga yang tercerabut dari akarnya, di mana kondisi sementara menjadi sebuah kenyataan yang terus menerus dihadapi. Begitu kamera muncul dari persembunyiannya, disadarkan oleh tatapan seorang anak kecil, kita langsung menjadi bagian dari cerita. Pada inti ceritanya, ini adalah sebuah dunia para pahlawan tanpa tanda jasa: ayah, ibu, anak, dan sahabat. Kini, masa depannya yang berwarna mengusung harapan kita bersama.

BLENCONG AWARD

ANGGOTA JURI

Kyoko Dan | Ryan Adriandhy | Sal Priadi

 

PEMENANG

HITO – sutradara STEPHEN LOPEZ

Dalam durasi 22 menit, film ini mampu mengisahkan sebuah tema politik yang berani dalam kemasan cerita sci-fi coming of age. Pembuat film dengan kreatif memanfaatkan potensi medium film dan bahasa film secara maksimal, sehingga dapat menghibur hampir semua unsur pengalaman sensorik penonton.

 

 

 

INDONESIAN SCREEN AWARDS

ANGGOTA JURI

Kamiya Naoki | Sophon Sakdaphisit | Warren Sin

 

BEST FILM

THE DRAFT! – sutradara YUSRON FUADI

Untuk keberhasilannya memainkan komedi dan horor secara konsisten sebagai meta-commentary tentang rasa sakit dan pada akhirnya, kebahagiaan dari membuat film. Film ini adalah sebuah surat cinta yang tulus untuk sinema horror, sebuah ciri khas yang tidak terbantahkan dari pembuatan film genre di Indonesia.

 

BEST DIRECTING

ISMAIL BASBETH – film SARA

Dengan gaya sinematik yang percaya diri dan teliti yang menganut mise-en-scène dengan brilian, film ini dekat sekali dengan ketetapan hati dan konflik internal individunya. Sang pembuat film membukakan jendela di mana kita dapat melihat kehidupan orang-orang yang tinggal di pedesaan, di mana penindasan struktural masih terjadi, sementara nilai-nilai manusia ikut berubah.

 

BEST STORYTELLING

ANINDITA SURYARASMI & YUSRON FUADI – film THE DRAFT!

Karena setiap genre film memiliki kriterianya masing-masing, menilai film mana yang memiliki kekuatan bercerita (storytelling) terbaik menjadi tugas yang sangat sulit ketika nominasinya datang dari genre yang beragam. Oleh karena itu, para juri mendasarkan keputusannya pada kriteria storytelling yang paling memberikan ide segar dan kreatif dalam naratif yang tidak terduga sepanjang cerita sampai akhir.

 

BEST PERFORMANCE

IRMA NOVITA RIHI – film WOMEN FROM ROTE ISLAND

Dalam potret keindahan manusia yang tinggal di Pulau Rote, refleksi yang digambarkan dengan bijak terhadap bagaimana hidup perempuan dan nilai-nilai lainnya yang dikorbankan memberikan sorotan pada mekanisme eksploitasi manusia. Penampilan aktrisnya menjadi unsur yang sangat penting dari film ini, dan penampilan pemeran Martha amat sangat luar biasa.

 

 

 

BEST EDITING

RIDWAN A. B. & YUSRON FUADI – film THE DRAFT!

Penyuntingan film seringkali disebut sebagai seni yang kasat mata. Namun demikian, kadangkala, saat skenario dan gagasan saling mendukung, proses penyuntingan keluar dari zona nyamannya untuk mengambil perannya dan memberikan karakter pada filmnya. Penghargaan penyuntingan diberikan kepada editor yang telah memanfaatkan penyuntingan dengan penguasaan dan ketepatan yang cerdas.

 

BEST CINEMATOGRAPHY

JOSEPH CHRISTOFORUS FOFID – film WOMEN FROM ROTE ISLAND

Selain mengagumkan secara visual, sinematografi dalam film ini memerankan peran yang sangat penting dalam mengungkap narasi secara perlahan dan menampilkan dunia emosi para karakternya ke hadapan para penonton melalui long take (adegan-adegan panjang). Penghargaan Sinematografi Terbaik diberikan kepada penata kamera ini karena kemampuannya untuk mencapai visualisasi emosi-emosi secara jelas melalui adegan.

 

 

 

GEBER AWARD

ANGGOTA JURI

Agus Mediarta | Kemala Astika | Yuli Andari Merdikaningtyas

 

PEMENANG

ABANG ADIK – sutradara JIN ONG

Semua film pada kompetisi utama JAFF18 memiliki kekuatan dan keunikan masing-masing yang sulit untuk dibandingkan. Juri berusaha untuk melakukan pemilihan setelah melihat dan mempertimbangkan berbagai aspek. Film-film di kategori ini menyajikan gagasan tentang kompleksitas pengalaman kelompok marginal (minoritas, imigran, dan penyandang disabilitas) dalam konteks sosio-kultural masyarakat Asia, yang erat kaitannya dengan Indonesia. Hal ini sangat dekat karena kita melihat wajah kita sendiri di sana. Pengisahan cerita selaras dengan apa yang muncul di layar, membawa penonton ikut merasakan keintiman seutuhnya dari hubungan antarmanusia yang rapuh tapi menguatkan. Sensitivitas terhadap konteks yang dipilih sebagai konsep film layar lebar debutnya dan keberhasilan realisasinya dalam bentuk sinema membuat kami memprioritaskan pemilihan film ini.

 

 

 

STUDENT AWARD

ANGGOTA JURI

Dhea Qurnia Safitri | Frizkilah Anggi Putri Hutagalung | Haniffia Shafa Mahartanti | Michael Andrian Pantouw | Yosua Kurniawan Sanjaya

 

PEMENANG

THE RIVER THAT NEVER ENDS – sutradara J. T. TRINIDAD

Terkadang kita jarang berpihak pada perasaan kita sendiri. Seringkali kita merasa tidak ada salahnya menjadi orang lain, agar orang-orang di sekitar kita tidak merasa kesepian. Penggambaran kesepian yang terus menerus, disertai dengan gaya narasi yang penuh lapisan emosi memberikan dimensi emosional yang memukau bagi penontonnya.

Copyright © 2019 GERONIMO FM All rights reserved. develop by jasa pembuatan website profesional